[Romadhon] Setan Dibelenggu, tapi Mulutnya Tidak Diplester

by membualsampailemas


Ketika memasuki bulan Romadhon, yang terbayang di pikiran kita adalah berpuasa, tidak makan maupun minum selama siang hari, menahan nafsu (seks, amarah, makan) dan memperbanyak ibadah pada bulan itu. Romadhon memang bulan yang istimewa bagi seluruh umat muslim di pentas dunia, banyak ayat maupun hadist yang menerangkan tentang bulan Ramadhan ini dan keistimewaannya. Ya, sangat istimewa karena ini merupakan bulan untuk membersihkan diri.

Ketika Romadhon pula, kita itu harus memperbanyak belajar tentang agama, belajar tentang bagaimana hidup yang benar itu melalui tuntunan agama, belajar bagaimana menghargai orang lain, memaafkan orang lain, mengerti orang lain, menjaga perilaku dan ucapan, dsb dsb yang seharusnya pula kita terapkan pada bulan-bulan setelahnya. Saat menjelang Romadhon kemarin, saya teringat tentang sesuatu yang lucu, inspiratif dan sangat berkesan, tapi membutuhkan pemahaman yang tidak sesederhana kelihatannya. Ceritanya begini, dua hari sebelum Romadhon datang, saya menyimak Timeline Twitter, seseorang yang memiliki akun @candramalik sedang ngetwit tentang Syaikh Toni Rojim yaitu plesetan dari Syaitanirrajim (Setan yang terkutuk), yang isinya kurang lebih tentang bagaimana setan itu menggoda manusia termasuk pada bulan Ramadhan. Salah satu yang menggelitik saya adalah tweet ini:

“Walau dibelenggu di Bulan Ramadhan, bisikan kami akan tetap sampai padamu. Sebab, mulut kami tak diplester!” Syaikh Toni Rojim

Pertama melihat tweet itu, saya tersenyum-senyum. Kita hampir semua tahu tentang sebuah hadist yang kira-kira artinya begini: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, Allah mewajibkan puasa di dalamnya, pintu-pintu surga di buka lebar, pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan dibelenggu.” . Yak benar, yang ada memang hanya kata-kata setan-setan dibelenggu. Kalau dulu sewaktu kecil, karena musholla terdekat dengan rumah itu melewati jalan setapak yang gelap, bapak dan ibu sering bilang untuk jangan takut, tidak bakal ada hantu, itu tidak ada, kan di bulan puasa setan-setan itu dibelenggu. Tapi seiring berjalannya waktu dan pemahaman mulai ada, ternyata maksudnya bukan itu. Di hadist itu cuma dikatakan setan-setan dibelenggu, tapi cuma dibelenggu kah atau sekalian mulutnya diplester, kan mungkin juga kalau setan-setan itu dibelenggu tapi mulutnya mungkin tetap tidak diplester, jadi bisikan-bisikan mereka akan tetap eksis. Lalu apa gunanya di belenggu dan tidak dibelenggu?

Sebuah pernyataan kadang jika kita benar-benar menghayatinya maka bisa saja timbul pertanyaan, dalam kasus ini, itu adalah terserah anda hendak menafsirkan bagaimana tentang makna bahwa setan itu dibelenggu pada bulan suci ini. Apa itu dimaknai karena banyak orang yang menahan hawa nafsunya di bulan Suci, apa itu memang diartikan dalam konteks sebenarnya, apa itu diartikan bahwa setan tidak akan melakukan serangan segencar bulan lainnya sepanjang tahun, dsb dsb.  Nyatanya saja memang masih ada kemaksiatan bahkan yang dilakukan orang yang mengaku beragama Islam itu sendiri, baik yang itu berpuasa maupun tidak sedang berpuasa, tapi masih ada di dalam bulan Ramadhan, dan mereka melakukan maksiat tidak ubahnya seperti hari-hari lain selain di Ramadhan. Itu pertanda bahwa perilaku setan itu tetap ada, bisikan setan itu tetap ada dimanapun kita berada. Bahkan seseorang yang baik pun dapat menjadi riya’ karena bisikan setan.

Sekali lagi, dibelenggunya setan tidak berarti mulutnya diplester. Meski pernyataan ini terkesan sepele dan asal-asalan, tapi jika suatu saat anda sebagai orang tua kelak atau sebagai siapa pun ditanyai ‘Kenapa masih ada saja kejahatan di bulan Ramadhan padahal katanya setan-setan dibelenggu?’, jawab saja “meski pun mereka dibelenggu, tapi mulutnya nggak diplester”. Jawabannya sederhana, tidak rumit, tapi sebenarnya butuh pemahaman yang mendalam. Karenanya, jangan lantas diartikan dalam arti sebenarnya bahwa pernyataan ini benar adanya. heuheu..

salam rileks! selamat berpuasa!